Oleh: Agustinus R. Kambuaya
Cuaca Kampung Kambuaya pagi itu
terselimuti kabut, sepoi angin meniup dari lari lorong-lorong gunung, nyanyian
ayam dan burung-burung menyambut datangnya pagi. Disebelah rumah tempat kami
nginap ada lapak tempat yang berfungsi sebagai sanggar pembuatan Noken
tradisional Maybrat. Mama Petrossina Naa Kambuaya namanya, Istri dari Bapak Raja Abraham Howayntake Kambuaya,
usianya 60-an Tahun. IA adalah pendiri sanggar sekaligus kreator kreatif noken
Maybrat yang siap dipasarkan dilapak itu. Melihat aktivitas mama Petrosina,
kami menyabanginya sembari bertanya satu dua pertanyaan. Mama sejak kapan mama
membuat noken.? mama Petrosina menjawab sejak masih usia remaja. Diskusi
kamipun semakin menarik dan berlanjut. Mama Petrosina Kambuaya pun menutrukan
panjang lebar soal sejarah, nilai filosofis noken, manfaat dan kegunaanya
bahkan keberadaan noken yang terancam punah.
Noken Maybrat
Noken adalah tas tradisonal
masyarakat Maybrat, bahan dasar pembuatan noken ini berasal dari serat kulit
kayu khas Maybrat yang disebut yukam atau dalam bahasa Latin disebut
Wilkstroemia Venosa., atau serat kulit kayu lain dari kayu Byik yang juga dalam bahasa latin disebut Althoffia
Pliostigma. Noken Maybrat mempunyai cirri khas yang berbeda dengan Noken-neken
di Papua pada umumnya, bahkan berbeda dengan noken Wamena yang telah terdaftar
sebagai keajaiban dunia tak benda di UNESCO 4 desember 2014. Noken Maybrat
terdiri dari beberapa jenis dan tipe dan sesuai fungsinya. Ukuran besar biasa
digunakan untuk mengisi hasil bumi, sayur-sayuran, umbi-umbian dan kayu bakar.
Ukuran sedang digunakan untuk mengendong bayi, mengisi perlengkapan secukunya
untuk beraktivitas diluar rumah, bahkan ada jenis kecil yang digunakan untuk
menghadiri ibadah, pameran, pembayaran mas kawin dan lain-lain.
Filosofi Noken Maybrat
Menurut mama Petrosina noken atau
tas tradisional Maybrat merupakan warisan nenek moyang kepada mereka. Dari
aspek aksiologi (nilai) Noken Maybrat merupakan wujud kecerdasan dan
pengetahuan lokal mereka. Untuk membuat noken membutuhkan pengetahuan cukup
tentang bahan baku pembuat noken, imajinasi tentang bentuk noken yang akan
dihasilkan sebelum nyata secara fisik dibuat. Dari aspek sosial lain, noken
menunjukan eksistensi diri, wujud kesabaran, keuletan, ketelitian dan
ketrampilan yang tinggi. Menurutnya, aktivitas melatih kesabaran, ketelitian
serta ketrapilan inilah yang membentuk kecerdasan emosional ibu-ibu Maybrat
yang juga ditransferkan kepada putra-putri mereka yang hebat dan
pandai-pandai saat ini. Dari aspek adat,
noken Maybrat bagai dua sisi mata uang, karena selalu menjadi atribut bagi para
tetua adat raa bobot (big man), Finya Yum (Wanita tangguh). Aktivitas barter,
denda adat, pembayaran mas kawin selalu diisi dalam noken, hal itu dilakukan
sebagai bentuk penghormatan kepada sesama. Karena berfungsi sebagai atribut
adat, maka noken Maybrat menjadi bagian dari adat yang di jalani masyarakat
hingga kini.
Noken Maybrat Ditengah Arus
Moderenitas Dan Globalisasi
Keberadaan noken sebagai simbol
eksistensi diri orang Maybrat semakin hari semakin tergerus dan tersingkir dari
derasnya arus moderenitas dan globalisasi yang sedang melanda semua penjuru
dunia. Proses globalisasi membuat dunia saling terhubungkan menjadi satu
kampung (global village). Banjirnya arus informasi melalui media elektronik,
media cetak, media internet dengan cepat mengubah pola pirik, perilaku,
penampilan, pola konsumsi masyarakat Maybrat saat ini. Perkembangan teknologi
informasi seperti handphone semakin menegaskan apa yang dikatakan Steve Jobs
bahwa dunia kini ada dalam gengaman tangan kita. Pengetahuan kita tentang
produk terbaru dapat dengan mudah diakses dalam gengaman tangan kita, hal ini
membuat kita terlena mengikuti trend model sehingga menjadi pangsa pasar (konsumen) produktif. Tidak dipungkiri bahwa masyarakat Maybrat
ikut menyesuaiakan diri dengan arus moderenitas dan globalisasi yang sedang
berlangsung selama 10 tahun belakanggan ini.
Alih-alih menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar (trend model) mendorong masyarakat terutama pemuda
pemudi Maybrat dengan cepat mengubah penampilan mereka, termasuk mengunakan
tas-tas produk luar yang dianggap sebagai simbol masyarakat maju dan moderen.
Paradigma ini lambat laun menjadi cara berpikir umum. Alasan tas-tas moderen
sebagai sarana yang efektif untuk membawa fasilitas pendukung aktivitas memperkuat pergantian pengunaan noken kepada
tas-tas moderen, nokenpun menjadi tersingkir.
Semua perubahan sosial yang
terjadi hingga perubahan pengunaan noken kepada tas-tas moderen dilakukan
dengan satu kesadaran umum bahwa ini adalah abad moderen, abad yang lebih
beradap dari yang sebelumnya. Jika demikian yang menjadi pertanyaannya ialah
apa sesunguhnya moderenisasi itu? Jika kita sejenak menelusuri defenisi
moderenisasi menurut para ilmuwan, maka pengertian relefan yang bisa kita ambil
untuk menjelaskan proses ini yaitu pandangan Soerjono Soekanto; yang menyatakan
bahwa “ modrenisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan
perubahan sosial yang terarah (directed change) dan didasarkan perencanaan (social
planning);. Dari defenisi singkat ini jelas bahwa perubahan sosial harus
terarah dan terencana. Kita menerima perubahan sosial yang datang, termasuk
mengantikan penggunaan noken dengan tas moderen tanpa menyadari bagaimana
proses produksi tas-tas moderen ini mengalami perubahan dari karya awal khas
masyarakat Eropa yang didesaian dan dimodifikasi menjadi moderen dan bernilai
ekonomis sehingga kita bisa menggunakannya saat ini. Noken Maybrat metsinya menjadi karya dasar yang perlu
diarahkan oleh pemerintah, direncanakan sehingga berkembang menjadi tas moderen
yang bisa dipasarkan hingga ke manca Negara.
Untuk memperkuat posisi Noken
sebagai kreatifitas lokal ditengah arus moderenisasi, maka Pemerintah Kabupaten
Maybrat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan perlu membentuk sanggar-sanggar
seni khusus yang mewadahi ibu-ibu Maybrat untuk melakukan transfer ketrampilan
dan pengetahuan pembuatan noken kepada generasi muda, hal ini dilakukan sebagai
bentuk transfer kebudayaan dan pelestarian noken. Program lain yang dapat
dilakukan pula adalah mencanangkan hari noken Maybrat bagi anak sekolah maupun
pegawai kantoran (PNS) seperti hari Kamis atau hari Jumat. Hari tersebut
merupakan hari diamana semua masyarakat mengunakan noken Maybrat dalam
aktivitas pemerintahan, sekolah dan kegiatan sosial lainnya. Jika ini dapat
dilakukan, maka masyarakat Maybrat menjadi masyarakat global yang bertindak
lokal (think gobal act local), yang tidak meninggalkan indentitas lokal dan
menjadi korban globalisasi.